Wisata Religi di Gresik
Kabupaten Gresik di Jawa Timur kaya dengan cerita sejarah tersendiri. Berbagai cerita masa lalu tersebut kini menjadi sejarah yang dapat memberi kita hikmah. Selain itu, tempat bersejarah ini juga menarik untuk wisata, termasuk wisata religi. Di Gresik, Anda bisa mengunjungi banyak lokasi wisata religi dan menjumpai Sejarah masa lalu. Penasaran apa saja rekomendasi wisata religi di Gresik, Simak selengkapnya.
Rekomendasi Wisata Religi Gresik
Kota santri Gresik tentunya penuh akan wisata religi. Kami PT Wisatajatim Trans Indonesia akan mengulas tentang rekomendasi wisata religi Gresik. Baca selengkapnya ya.
Baca Juga :
- Sewa Alphard Surabaya
- Sewa Avanza Surabaya
- Sewa Innova Surabaya
- Sewa Hiace Surabaya
- Sewa Double Cabin Surabaya
Maulana Malik Ibrahim
Banyak sekali sejarah yang bisa Anda lihat di Gresik, termasuk makam Sunan Maulana Malik Ibrahim. Makamnya terletak di tengah kota santri ini. Makam itu dikelilingi pagar besi. Kuburan biasanya ditutup dengan kelambu berwarna putih jadi Anda tidak bisa melihat kuburannya. Di sebelah kuburan ada sebuah sumur tua yang tidak ada habisnya dan siap untuk diminum. Sebagai salah satu wali Songo tertua di Jawa, Maulana Malik Ibrahim sendiri tidak sebesar di Sunan Ampel atau Giri. Makam-makam tersebut terletak di sepanjang jalan utama sehingga mudah dijangkau di Gresik. Komplek kuburan ini telah dipugar dengan indah. Sangat menarik sebagai perjalanan wisata religi.
Makam Sunan Giri
Sunan Giri lahir pada tahun 1442 M. Di masa kecilnya, ia dipanggil Raden Paku atau Joko Samudro. Selain menjadi wali atau ulama, ia juga menjabat sebagai raja dengan gelar Prabhu Satmoto dan memerintah kerajaan. Ketenarannya telah menyebar hingga ke wilayah Madura, Lombok, Kalimantan, Sumbawa, Sumba, Flores, Ternate, Sulawesi, dan Maluku. Sunan Giri wafat pada tahun 1506 M dan dimakamkan di atas bukit dalam kubah berarsitektur Jawa yang sangat unik. Makam Sunan Giri terletak di desa Giri Gajah, desa Giri, kecamatan Kebomas, 4 km dari pusat kota Gresik. Secara keseluruhan, kawasan sekitar makam ini terlihat sakral dan bermartabat. Dari segi pengelolaan ruang arkeologi, kawasan makam Sunan Gili dibagi menjadi tiga rak (bagian kawasan yang terhubung dengan bangunan-bangunan besar dalam budaya Jawa) dengan menggunakan Gapuro sebagai landmarknya.
Makam Putri Cempo
Makam Puteri Cempo merupakan salah satu tempat wisata religi yang ada di Gunungsari, Kelurahan Sidomoro, Kecamatan Kebomas. Kurang lebih 2 km sebelah timur makam Sunan Giri. Daya tarik objek wisata ini adalah arsitektur kubah pemakaman yang unik khas negara Kampa (Kamboja), dengan ornamen dekoratif dan warna-warna cerah. Perbukitan berhutan dan angin pegunungan yang menyegarkan menambah asri suasana. Faktanya, saat ini banyak sekali kafe yang berjejer di jalan menuju puncak Gunung Cempo. Disana kamu bisa menikmati menu minuman khas Gresik, ngopi, ngobrol, dan berselfie ria. Tak heran jika banyak orang yang menyebut kawasan Puteri Cempo sebagai Kawasan Wisata Milenial.
Makam Siti Fatimah
Siti Fatimah binti Maimun lahir pada tahun 1064 M dan datang ke Jawa sebagai putri Syekh Maymun atau Sultan Mahmud Shah dari Iran dan Amina dari Aceh dan akhirnya menetap di desa Leran. Siti Fatimah tinggal di desa ini dan menyebarkan ajaran Islam hingga meninggal dan dimakamkan disana. Makam Siti Fatimah terletak di dalam kubah. Kubahnya terbuat dari batu kapur yang berasal dari Gunung Suci (desa Suci Manyar). Berbeda dengan bangunan makam Aulian pada umumnya, kubah dibangun menyerupai candi pada masa Hindu dan Budha. Kubah ini konon dibangun oleh raja Majapahit yang beragama Hindu yang ingin mempersunting Siti Fatimah. Kedatangan Siti Fatimah diutus oleh ayahnya Sultan Makmud Shah Alam untuk masuk Islam sebagai syarat kesediaan raja Majapahit untuk menikahinya. Namun utusan yang menyampaikan hal tersebut justru diperlakukan tidak pantas oleh Raja Majapahit. Untuk menebus dosanya, ia membangun kubah makam Siti Fatimah. Oleh karena itu, arsitektur bangunan berbentuk kubah dipengaruhi oleh agama Hindu. Makam Siti Fatimah binti Maimun dikelola oleh Balai Perlindungan Peninggalan Budaya Troulan (BPCB) sejak tahun 1973 dan ditetapkan sebagai salah satu Situs Warisan Nasional sehingga makamnya menjadi salah satu makam tertua di Asia Tenggara yang dianggap sebagai makam Islam.